Warna-Warni Indonesia

“Gumarang” , Orkes Musik Legendaris Minang Dikenang Lewat Buku

Perjalanan belantika musik Indonesia tempo dulu atau tepatnya era 1950-1960-an pernah dihiasi oleh karya-karya orkes musik legendaris bernama “Gumarang”.

Orkes tersebut didirikan di Jakarta akhir 1953 oleh 10 pemuda asal Minang, Sumatera Barat, di antaranya Awaluddin Djamin, Anwar Anif, dan Alidir.

“Gumarang” mengusung lagu-lagu bernuansa musik latin dan musik minang. Orkes ini tidak hanya disukai orang-orang Minang, tetapi juga masyarakat Indonesia lainnya.

Orkes ini mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Asbon Madjid.

Nama “Gumarang” berasal dari nama seekor kuda dalam cerita legenda Minangkabau berjudul Cindua Mato.

Saat masa kejayaannya, saat di bawah kepemimpinan Asbon Madjid pada 1955 orkes ini juga diperkuat bintang cantiknya, Nurseha, sehingga “Gumarang” mulai dikenal masyarakat luas hingga “Negeri Jiran”, Malaysia.

Bahkan, pada Februari 1964 “Gumarang” mengikuti “New York World Fair” dan berkeliling selama 11 bulan di Amerika Serikat.

Selanjutnya, “Gumarang” mengelilingi Eropa dan pada 1970 misi kesenian Indonesia di Pekan Raya Expo 1970 di Osaka, Jepang.

Kiprah orkes musik ini lalu menghilang pascawafat sang pimpinan Asbon Madjid pada 1980 di Jakarta. Para personelnya tercerai-berai setelah kehilangan sang pemimpin.

Kini tidak terdengar lagi karya-karya orkes “Gumarang” dalam ingar-bingar musik Indonesia yang didonimasi banyak grup baru. Lagu-lagu orkes ini tak lagi sering mengalun di radio dan televisi di Tanah Air, namun “Gumarang” tetaplah salah satu legenda musik Indonesia.

Dibukukan Guna mengenang kembali orkes ini, seorang budayawan yang juga politikus nasional, Fadli Zon, tergerak hatinya membukukan perjalanan orkes legendaris ini.

Setelah menulisnya hingga tujuh tahun lebih, akhirnya budayawan yang juga Wakil Ketua DPR-RI meluncurkan buku untuk mengenang orkes musik legendaris.

Peluncuran itu dilakukakan di Rumah Budaya Fadli Zon miliknya di Nagari Aia Angek, Tanah Datar, Sumatera Barat, akhir pekan lalu.

“Buku ini salah satu upaya pelestarian seni dan budaya Minangkabau,” katanya saat meluncurkan buku Orkes Gumarang tersebut.

Ia mengungkapkan buku tersebut berkisah tentang salah seorang anggota orkes “Gumarang” yang bernama Syaiful Nawas.

Buku setebal 264 halaman tersebut, selama waktu tujuh tahun, dan saat disusun, dirinya kesulitan mencari bahan Orkes Gumarang kala itu.

Sedikit demi sedikit, Fadli Zon mengumpulkan bahan cerita orkes “Gumarang” dari berbagai sumber, baik media massa maupun majalah.

Ia mengatakan orkes “Gumarang” merupakan cikal bakal band di Indonesia pada masa lalu dan kala sempat tenar di Tanah Air selama satu dekade hingga 1964.

Waktu itu, orkes “Gumarang” mempunyai ciri khas musik minang yang mendominasi belantika musik Tanah Air tampil di berbagai daerah di Indonesia.

Fadli mengemukakan bahwa seni musik daerah adalah kekayaan budaya yang harus dikembangkan, karena keberagamannya menjadi penguat rasa persatuan nasional.

Menurutnya, “Gumarang” adalah orkes musik yng berakar dari budaya Minangkabau dan contoh diterimanya di Indonesia sebagai kebhinekaan seni.

Acara peluncuran buku tersebut juga dihadiri dua legenda personel orkes “Gumarang”, yakni Anas Joesoef (81) dan Syaiful Nawas (85).

“Buku Orkes Gumarang adalah catatan perjalanan sejarah musik Indonesia di masa 1950-an dan 1960-an,” katanya.

Dalam proses penulisan buku ini, Fadli mewawancarai para personel orkes dan seniman asal Minang, antara lain Anas Joesoef, Awaluddin Djamin, Elly Kasim, Idris Sardi, Remy Silado, dan Taufiq Ismail.

Dalam peluncuran buku Orkes Gumarang tersebut, personel grup ini, Syaiful Nawas, didaulat membawakan lagu-lagu kreasinya, antara lain “Sansaro” yang pernah berkolaborasi dengan Bing Slamet.

“Kini tinggal dua orang tokoh ini yang tersisa dari personel orkes ‘Gumarang’,” kata Fadli Zon.

Acara peluncuran buku itu, dilakukan di ruang terbuka di lokasi yang berhawa dingin di antara Gunung Singgalang dan Merapi. Pada kesempatan itu, dibawakan kembali lagu-lagu karya orkes “Gumarang”.

Peluncuran ditutup dengan pemberian secara simbolik buku Orkes Gumarang oleh Fadli Zon kepada dua legenda musik minang yang juga personel “Gumarang”, Syaiful Nawas dan Anas Joesoef.

Para personel “Gumarang” yang masih tersisa itu, merasa bahagia dan berterima kasih atas dibukukan dan telah diluncurkan buku tentang perjalanan grub musik mereka.

“Saya ucapkan terima kasih pada Fadli Zon yang sudah menuliskan dan menerbitkan perjalanan orkes ‘Gumarang’ dan menggelar acara peluncuran buku ini,” kata salah seorang personel “Gumarang”, Syaiful Nawas.

Ia berharap, buku tersebut dapat memberi inspirasi kepada gererasi muda di “Ranah Minang” dan pecinta musik Indonesia pada umumnya.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com