© 2021 - Tandaseru.id.
Managed by PT. Media Garda Bangsa
SUKOHARJO (!) – Presiden Joko Widodo memberikan penjelasan terkait dengan pernyataanya mengenai pemisahan antara politik dan agama, yang sempat menuai kontroversi.
“Peringatan itu konteksnya adalah dalam rangka persatuan negara kita. Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita,” kata Presiden saat meresmikan Masjid dan Gedung Sholawat KH Surowijoyo Pondok Pesantren Singo Ludiro, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (8/4).
Presiden mengatakan agama jangan sampai dipolitisasi menjadi sebuah komoditas. “Pernyataan saya itu juga bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. Agama itu sangat penting sekali dalam berpolitik,” ungkapnya.
Dia meyakini, kebijakan yang dibuat tanpa dilandasi nilai-nilai agama, moralitas, kejujuran, pengabdian pada rakyat, bangsa dan negara, niscaya kebijakan itu pasti luput dari tujuannya.
“Jadi memang politik dan agama ini harus sambung, tetapi dalam sebuah konteks yang benar. Konteksnya yang harus benar,” tutur Presiden.
Apabila setiap kebijakan dilandasi dengan nilai-nilai spiritualitas, moralitas, pengabdian, dan nilai-nilai yang lain yang selalu diajarkan dalam agama Islam, menurut Presidan, itulah sambungannya antara politik dan agama.
“Jadi jangan dibelokkan. Masa politik tidak boleh berhubungan dengan agama? boleh,” kata Jokowi.
Presiden juga mengingatkan kembali tentang keberagaman di Indonesia, baik suku/etnis, pulau, maupun bahasa.
“Negara kita ini berbeda sekali dengan negara-negara lain. Negara lain itu satu negara hanya 1 atau 2 suku, 1, 2 atau 3 etnis,” jelas Presiden seraya mengingatkan bahwa bangsa ini memiliki 714 suku yang tersebar di 17.000 pulau.
“Ini terus saya ingatkan. Belum lagi bahasanya yang berbeda-beda. Ini yang perlu, sering saya sampaikan agar kita semuanya menyadari bahwa bangsa Indonesia ini besar, bangsa besar etnisnya bermacam-macam,” ungkap Presiden.
Dia mengimbau jangan sampai ada senggolan atau gesekan di tengah masyarakat akibat perbedaan tersebut.
“Kalau rukun kita semuanya, bersatu kita semuanya, itu menjadi sebuah kekuatan besar. Menjadi sebuah potensi yang besar. Sebaliknya, kalau gampang dikipasi, gampang dikompor-kompori, itu yang berbahaya bagi negara ini,” ujarnya. (hl)