© 2021 - Tandaseru.id.
Managed by PT. Media Garda Bangsa
YANGON (!) – Gerakan ultranasionalis pimpinan biarawan di Myanmar, Ma Ba Tha, memutuskan mengganti nama setelah otoritas Buddha melarang kelompok yang sering dituduh anti-Islam tersebut.
Kelompok ini menguat di bawah rezim militer sebelumnya dengan mengusung nasionalisme Buddha yang kemudian memicu ketegangan sektarian dengan minoritas Muslim.
Otoritas Buddha Myanmar, yang dalam beberapa bulan terakhir merenggangkan hubungan dengan Ma Ba Tha, memutuskan untuk melarang seluruh aktivitas kelompok ini terhitung mulai pertengahan Juli mendatang.
Jika Ma Ba Tha tetap melakukan kegiatan, otoritas Buddha Myanmar akan membawa kelompok ini ke pengadilan. Ancaman ini tidak mengendurkan ribuan biarawan, biarawati, dan simpatisan mereka untuk menghadiri pertemuan di Yangon, Minggu, 28 Mei kemarin.
Banyak di antaranya yang menyatakan mereka tidak akan mundur. Kelompok ini mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan memakai nama baru, yakni Yayasan Filantropi Buddha Dhamma.
“Kami mendesak para anggota di semua daerah dan negara bagian untuk bekerja bagi negara, rakyat, dan agama dengan menggunakan nama Yayasan Filantropi Buddha Dhamma,” kata Pemimpin Biawaran, Tilawka Biwuntha.
Beberapa kalangan menilai bahwa nama baru jauh lebih lunak dibandingkan Ma Ba Tha, yang merupakan kependekan dari ‘Asosiasi Perlindungan Ras dan Agama’. Salah satu tokoh Ma Ba Tha adalah biarawan bernama Ashin Wirathu yang dikenal aktif menyuarakan gagasan bahwa agama Buddha di Myanmar terancam oleh Islam.
Komunitas Muslim telah hidup di Myanmar selama beberapa abad, namun jumlahnya hanya lima persen dari total penduduk sebesar 51,5 juta jiwa. (BBC/Tam)