© 2021 - Tandaseru.id.
Managed by PT. Media Garda Bangsa
Perbanyak Konten Positif Kunci Singkirkan Konten Negatif Media Sosial
JAKARTA (tandaseru.id) – Nasional Is Me kembali menggelar talkshow dengan tema “Gen-Z dalam Content Creater” dengan mengundang Rian Fahardhi (Presiden Gen-Z) dan Laila Nihayati. Mereka sependapat bahwa kunci menyingkirkan banyaknya kadar konten negatif yang tersebar di masyarakat diperlukkan lebih banyak konten positif yang diproduksi di media sosial, Senin (06/03).
Menurut Rian Fahardhi, anak muda selalu ingin mengekspresikan dirinya, apa lagi hari ini didukung oleh media sosial. Media sosial benar-benar jadi wahana menyalurkan minat bakat, hobi, profesi dan itu tidak dibatasi oleh apapun hari ini. Berasal dari daerah terpencil sekali pun bisa meraih kesempatan mengekspresikan diri di platform medsos manapun.
” Jadi sepakat apa yang dibilang tadi, memperbanyak content positif sehingga kadarnya bisa seimbang. Dan itu adalah tugas anak muda hari ini, actor yang harus lebih paham dan bijak dalam memanfaatkan sesuai bidang dan ilmu mereka. Itu adalah tanggung jawab anak muda saat ini harus ada generasi yang paham dan punya solusinya, punya kemampuan untuk bersuara mengatakan apa yang dianggap benar,” jelas Rian.
Generasi Z diketahui memang lebih menggandrungi internet ketimbang kelompok usia lainnya di Indonesia. Hal itu terlihat dari banyaknya generasi Z yang masuk dalam kategori pengguna yang kecanduan (addicted user) dengan durasi akses internet lebih dari tujuh jam sehari. Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center, ada 34% responden dari generasi tersebut yang menjadi addicted user. Rinciannya, sebanyak 20,9% menggunakan internet 7-10 jam sehari, 5,1% sebanyak 11-13 jam sehari, dan 8% mencapai di atas 13 jam sehari.
Dari data tersebut tentu saja kita jadi paham, kenapa banyak lahir content creater dari Generasi Z. Tentu dibutuhkan sebuah guide line sekaligus dorongan agar mereka secara terbuka mau membuat konten yang bernilai positif dibanding konten negatif.
Laila Nihayati memandang perlunya pendampingan, pengawasan dalam mengatur konten-konten yang beredar. “Untuk itu, saya pikir kalau ngomongin content creator bahwa ini gak bisa kerja sendirian, tentunya anak muda perlu didampingi, dilihat, diberi wadah atau dibukakan jalannya,” jelas Laila.
Di samping itu, Laila Nihayati juga menambahkan, jangan meremehkan generasi muda, jangan sampai anak muda ditinggalkan, dan jangan sampai anak muda hanya dijadikan objek, namun harus didengarkan. Karena ketika anak muda suaranya tidak didengarkan, mereka akan berpindah ke media sosial dan itu efeknya jauh lebih besar.

“Media sosial adalah salah satu cara anak muda bisa mengekspresikan dirinya sekaligus menyuarakan pendapatnya. Lihatlah begitu banyak social movement di media sosial, ngomongin apa saja, dari mulai perdamaian, lingkungan, dan banyak sekali. Mereka berkumpul tanpa batas wilayah dan waktu dari Sabang hingga Merauke,” Jelas Laila.
Laila melanjutkan, menghadapi anak muda memang penuh dengan trik, ia menggambarkannya seperti bermain layang-layang, ada saatnya untuk menarik dan mengulur.
“Anak muda perlu didengar barulah kemudian diberi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Setiap generasi harus saling berpegang tangan yang kuat untuk bagaimana membangun bangsa dan negara yang lebih bersih dari hoax dan konten negatif,” pungkas Laila.
Sebagai informasi, talkshow Nasional Is Me “Gen-Z dalam Content Creater“ on air di 100.6 FM Heartline Radio, Radio Jaringan Anggota Persatuan Radio, dan TV Publik Daerah Seluruh Indonesia (INDONESIAPERSADA.ID), serta live melalui youtube channel Heartline Network.