Toleransi Beragama dalam Bingkai Merah Putih
JAKARTA (tandaseru.id)- Talkshow Nasional Is Me kembali digelar dengan tema Toleransi Beragama dalam Bingkai Merah Putih. Yohana Elizabeth dan Reza Nangin bertindak sebagai host acara.
Menghadirkan sosok inspiratif yaitu, Yosi Mokalu (Artist dan Founder NaKal), Ahmad Romzi (Wakil Ketua Umum Siberkreasi Bidang Stratkom dan Kreatif) serta Alissa Wahid (Direktur Jaringan GUSDURian).
Talkshow Nasional Is Me bertema Toleransi Beragama dalam Bingkai Merah Putih ini On air di 100.6 FM Heartline Radio dan disiarkan melalui radio jaringan anggota Persatuan Radio dan TV Publik Daerah Seluruh Indonesia (INDONESIAPERSADA.ID), serta live di youtube channel Heartline Network, Senin (21/02).
Indonesia merupakan Negara yang besar dan di dalamnya terdapat beberapa agama dan suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Point penting supaya kita tetap kuat dalam keberagaman di Indonesia menurut Alissa Wahid adalah “menjaga keseimbangan antara keberagaman dan kebersatuan”.
“Kalau kita berbicara dalam konteks agama, keberagaman itu yang menciptakan adalah Tuhan dan Indonesia diberkahi dengan begitu banyak suku. Ini adalah kekayaan kalau kita bisa mengelolanya dengan baik, menghargai keberagaman itu, tapi pada saat yang sama bisa mengikatkan diri untuk tetap bersatu,” Kata Alissa.
Alissa mencontohkan dengan Yugoslavia yang sebegitu besar dan kokohnya akhirnya “hilang” dan terpecah menjadi negara yang lebih kecil seperti Bosnia, Kosovo, Serbia dan lain sebagainya.
Tentu kita semua tidak menginginkan hal ini terjadi pada negara kita. Sehingga kita perlu mencari cara agar dapat menjaga kebersatuan ini.
“Mengutip dari Pak Mahfud MD, Pancasila itu di tengahnya Persatuan Indonesia. Persatuan ini bisa dicapai bila manusia-manusianya berlaku adil satu sama lainya, dengan cara bermusyarawah agar adil secara bersama-sama (keadilan sosial),” lanjut Alissa.
Kemudian dia melanjutkan, untuk menjadi adil orang-orang tentu membutuhkan spiritual (agama).
“Hidup itu gak cuma nyari senengnya dan demi kepentingan sendiri, gak mau tau orang lain. Nah untuk itu kita butuh spiritual,” Tandas Alissa.
Agar Indonesia tetap utuh maka persatuan ini harus dijaga dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Melihat hal ini Yosi Mokalu mengatakan, dari awal Sumpah Pemuda sudah berusaha melibatkan dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sikap ini harus diwariskan kepada generasi bangsa ini, agar persatuan Indonesia tetap terjaga.
“Nah, pendekatan kepada anak-anak sekarang bisa melalui pendekatan sejarah. Kita mengajak dan mengingatkan mereka bahwa kamu tidak akan bisa menjadi orang Indonesia yang memiliki Pancasila dan keragaman yang indah jika para pendiri dahulu tidak memiliki visi yang sama, sehingga akhirnya kita menjadi sebuah bangsa,” ujar Yosi.
Pendekatan yang lain menurut Yosi bisa melalui pendekatan “Nilai Absolut”.
“Nilai Absolut itu kalau saya bilang adalah hal-hal yang Tuhan pilihkan buat kita. Bisa gak kita memilih lahir di negara mana? kita tidak bisa memilih ‘itu’ Tuhan yang pilihkan buat kita,” jelas Yosi.
Jika kita sudah melihat lokasi dan situasi yang Tuhan pilihkan buat kita serta mengakuinya. Yosi menekankan agar kita tidak lagi fokus dengan perbedaan.
“Fokuslah dengan fungsi dan potensi kamu, karena pasti Tuhan menciptakan kita dengan fungsi yang disertai dengan potensi,” lanjut Yosi.
Sebagai salah satu perwakilan generasi muda, Ahmad Romzi menjelaskan bila pengalamanya terjun langsung ke daerah melihat generasi muda Indonesia saat ini lebih banyak yang sudah bisa menikmati perbedaan sebagaimana seharusnya.
Romzi melanjutkan perjumpaan sosial antar agama jauh lebih baik terjadi pada generasi saat ini, secara spesifik ia menyebut generasi millenial dan z.
“Sekarang kita bisa main game bareng, jual beli, dan balas-balasan dm. Mereka punya keterkaitan yang sama misalnya di sepeda, saling tukar informasi. Artinya ini sudah jauh lebih baik dari pada generasi sebelumnya,’ jelas Romzi.
Tidak dipungkiri bahwa informasi yang beredar di masyarakat yang belum tentu kebenaranya bahkan terindikasi hoaks adalah salah satu ancaman bagi persatuan bangsa kita.
“Hati-hati dalam membaca judul, kita tanyakan lagi ini benar atau enggak dan sikap ini yang akan kita lahirkan,” kata Yosi.
Sikap kritis seperti ini sangat penting menurut Yosi, karena media sudah tidak bisa dikendalikan, lalu judul berita hoaks itu juga bermacam-macam tidak melulu tentang politik. Justru yang membuat hoaks itu mudah dipercaya ketika “berita itu berpihak pada situasi yang sedang berkembang”.
Jadi menurut Yosi, sistem penyaringan berita yang masuk harus kita lakukan berulang kali. Jadi bangunlah sikap kritis.
Kembali kepada pokok pembahasan bahwa toleransi dalam beragama ini sangat penting. Dikatakan oleh Alissa Wahid bahwa agama memang sangat penting dalam menjalani kehidupan, dan karenanya kita hidup di negara yang memliki berbagai macam agama yang dianut, maka toleransi dalam beragama sangat kita butuhkan.
“Jika kita bisa bertoleransi sesama umat beragama tentu kebersatuan Indonesia akan terjaga dan menjadi negara besar, tinggal cara-caranya bagaimana. Kita dapat menyikapi perkembangan teknologi dan informasi yang masuk tapi semangatnya tetap toleransi beragama untuk kebersatuan Indonesia,” Tandas Alissa.
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: tandaseru.id/2022/02/21/toleransi-beragama-dalam-bingkai-merah-putih/ […]
… [Trackback]
[…] There you will find 32817 more Info to that Topic: tandaseru.id/2022/02/21/toleransi-beragama-dalam-bingkai-merah-putih/ […]
… [Trackback]
[…] Read More here on that Topic: tandaseru.id/2022/02/21/toleransi-beragama-dalam-bingkai-merah-putih/ […]