Mendag: Ekspor Indonesia November 2020 Tumbuh 6,36 Persen

0

JAKARTA (tandaseru) – Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebutkan pada November 2020 ekspor Indonesia tercatat sebesar US$15,28 miliar, tumbuh 6,36 persen (MoM) atau 9,54 persen (YoY).

Mendag menyampaikan, pertumbuhan ekspor pada November 2020 didorong terjadinya pertumbuhan ekspor antara lain produk lemak dan minyak nabati naik, bahan bakar mineral, besi dan baja, serta mesin dan peralatan dari mesin.

Secara sektoral semua sektor berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekspor bulan November. Sektor pertanian tumbuh 6,33 persen (MoM) atau 33,33 persen (YoY), sektor manufaktur 2,95 persen (MoM) atau 14,47 persen (YoY), dan sektor pertambangan naik 25,08 persen (MoM) atau menurun 2,05 persen (YoY).

Di tengah pandemi Covid-19, secara kumulatif total ekspor Indonesia selama Januari – November 2020 mencapai US$146,78 miliar, sedikit mengalami penurunan yaitu 4,22 persen (YoY). Pada sektor nonmigas, sepanjang Januari-November 2020 ekspor sektor nonmigas turun sebesar 2,18 persen, begitu juga dengan ekspor sektor migas turun 31,59 persen.

“Ekspor pada November semakin menunjukkan perkembangan pemulihan perekonomian global yang semakin baik. Menjelang setahun merebaknya pandemi Covid-19, masyarakat dunia kini semakin baik beradaptasi dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Dengan demikian, masyarakat dapat terus beraktivitas dan bekerja dengan produktif sehingga aktivitas perekonomian global ikut membaik,” jelas Mendag.

Nilai ekspor Indonesia pada November 2020 ke negara mitra utama terus tumbuh, antara lain ke Tiongkok tumbuh 16,17 persen (MoM), Jepang tumbuh 11,67 persen (MoM), India tumbuh 10,04 persen (MoM), Australia 16,56 persen (MoM), dan Korea Selatan tumbuh 7,12 persen (MoM).

Kinerja ekspor di beberapa negara di kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga masih terus tumbuh, seperti ekspor ke Malaysia dan Thailand masing-masing sebesar 24,5 persen dan 8,79 persen; serta ke Jerman dan Belanda sebesar 35,38 persen (MoM) dan 7,52 persen (MoM).

Sementara itu, impor semua kelompok barang pada November 2020 menguat. Impor Indonesia pada November 2020 tumbuh 17,40 persen (MoM) mencapai US$12,66 miliar; sementara jika dibandingkan November 2019 impor turun cukup dalam sebesar 17,46 persen.

Peningkatan impor November 2020 ini disebabkan adanya peningkatan impor migas sebesar 0,59 persen (MoM) dengan nilai US$6,3 juta dan peningkatan impor nonmigas sebesar 19,27 persen (MoM) dengan nilai mencapai US$1,87 miliar.

Peningkatan impor migas sejalan dengan peningkatan konsumsi energi dan aktivitas masyarakat. Sementara, lonjakan impor nonmigas yang cukup tinggi mencapai US$11,58 miliar atau naik 19,27 persen (MoM) namun turun 12,33 persen (YoY), disumbang dari impor produk golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang meningkat 23,82 persen (MoM) atau sebesar US$354,4 juta.

Secara penggunaan barang, pertumbuhan impor terbesar berasal dari impor barang modal dengan pertumbuhan mencapai 31,54 persen (MoM) dengan nilai US$2,43 miliar; diikuti pertumbuhan impor barang konsumsi yang mencapai 25,52 persen (MoM) dengan nilai US$1,3 miliar dan bahan baku/penolong yang mencapai 13,02 persen (MoM) dengan nilai US$8,93 miliar.

Mendag mengungkapkan, peran golongan bahan baku/penolong mencapai 70,51 persen dari total impor Indonesia pada November 2020.

Secara kumulatif, nilai impor Indonesia Januari- November 2020 mencapai US$127,13 miliar, turun sebesar 18,91 persen (YoY). Selama Januari – November 2020 nilai impor seluruh golongan penggunaan barang turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, antara lain penurunan terjadi pada kelompok barang konsumsi (turun 12,59 persen YoY), bahan baku/penolong (turun 19,78 persen YoY), dan barang modal (turun 18,61 persen YoY).

Impor nonmigas Indonesia selama Januari-November 2020 didominasi impor barang asal Tiongkok dengan nilai US$34,91 miliar (dengan pangsa 30,53 persen total impor nonmigas Indonesia), Jepang US$9,77 miliar (8,54 persen), dan Singapura US$7,38 miliar (6,45 persen).

Sementara itu secara kawasan, impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$21,16 miliar dan berkontribusi sebesar 18,50 persen terhadap impor nonmigas Indonesia. Sedangkan impor dari kawasan Uni Eropa tercatat sebesar US$9,06 miliar dengan pangsa 7,92 persen.

“Selama pandemi Covid-19 ini, pangsa impor dari Tiongkok mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi pemulihan pandemi Covid-19 yang relatif cepat di Tiongkok dibandingkan dengan negara lain sehingga pasokan dari Tiongkok menjadi alternatif utama bagi pasar Indonesia,” tutup Mendag dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (17/12)

Leave A Reply

Your email address will not be published.